Ohaaa…
Jalanan masih menyisakan
genangan air hujan kemarin sore. Suasana Surabaya seperti biasanya. Jalan raya
tak pernah kenal lenggang. Apalagi saat jam pagi sebelum masuk sekolah, kuliah,
atau kerja. Lalu lalang motor, mobil, dan angkutan kota seakan tidak memberiku
izin untuk menyeberang. Padahal aku juga keburu, sama seperti mereka
yang takut terlambat. Tapi, ya sudahlah. Budaya di kota ini tidak seperti di
negara-negara sana. Mereka disana sangat menghormati para pejalan kaki,
sedangkan disini, motor bahkan mengambil area zebra cross di lampu
merah. Bagaimana aku bisa melintas?
Tempat cetak langgananku
tidak bisa mencetak file A3, jadi aku harus mencari tempat cetak lain
untuk diagram alir desain pabrikku. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke
tempat cetak sebut saja (quickprint). Saat kubuka pintu terdengar suara
bel. Ternyata di atas pintu terpasang sensor suara. Jadi jika ada konsumen yang
datang atau pergi bel akan berbunyi secara otomatis. Aku terkesan.
Ruangan ini begitu
bagus. Banner promo terpasang memenuhi dinding dengan kombinasi warna
putih, abu-abu, dan merah yang rupawan. Sebelah kanan pintu terlihat daftar
harga jasa dan produk percetakan. Sebelah kanannya terpajang contoh produk
seperti mug, kartu nama, jam dinding, foto wisuda, dan banyak lainnya. Ruangan
ber-AC dengan banyak sekali kertas dan alat cetak. Aku terkesan sekali lagi.
Saat aku masuk terlihat
beberapa orang mahasiswa sedang menunggu untuk mencetak tugas besarnya. Dua
orang cewek duduk mengobrol dibangku merah panjang yang disediakan untuk
menunggu. Tiga orang cowok sebelah mereka sibuk dengan hp dan tugas mereka.
Lalu ada lagi seorang mahasiswa yang sedang berdiri didepan komputer ‘selfprinting’
untuk layanan cetak mandiri. Aku terkesan lagi. Konsumennya banyak sekali
walaupun jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
Seorang cowok dengan
baju kerja quickprint nampak sedang sibuk dengan pekerjaannya didepan
komputer. Dia seolah tidak menyadari aku datang. Apakah dia tidak mendengar
bel? Kurasa dia mendengarnya. Kemudian dia melihatku sebentar, kemudian kembali
lagi ke urusannya. Aku terdiam membisu masih dalam posisi berdiri mencari
kursi. Tapi aku tak ingin duduk dan malah memperhatikan seisi ruangan yang
penuh banner promo.
Hampir lima menit sang
penjaga quickprint tidak menanggapiku. Akhirnya aku memberanikan diri
untuk memulai pembicaraan “Mas, bisa cetak A3?”
“Bisa, maaf mas
ngantri.” Jawabnya.
Aku mengangguk tanda setuju. Aku sadar aku konsumen urutan nomor tujuh.
Jadi sudah sewajarnya harus mengantri. Akhirnya aku duduk di kursi merah yang
disediakan. Beberapa menit kemudian dua orang cowok datang. Kurasa mereka ingin
mencetak sesuatu. Bel berbunyi dua kali. Namun, sang penjaga quickprint
tidak memperhatikannya sama sekali. Dia masih sibuk mencetak order-an.
Kedua cowok yang baru saja datang sama sepertiku tadi, mematung sebentar
didepan meja pelayanan dan akhirnya mereka berdua keluar. Bel berbunyi lagi dua
kali.
Beberapa saat kemudian, seorang cewek dengan keplek orange khas
Teknik Kimia datang. Namanya Nurma kalau tadi aku tidak salah baca. Dia masuk
dan membuat bel berbunyi. Sang penjaga tetap pada pekerjaannya dan tidak
memperhatikan dia datang. Dia sempat bingung dan bertanya padaku kemudian duduk
disamping dua cewek tadi. Mungkin lima menit dia duduk dan memperhatikan
sekitar. Sang penjaga masih cuek dengan konsumen yang baru datang itu. Karena
kurang sabar atau ada keperluan lain, si cewek meninggalkan ruangan. Bel
berbunyi. Sang penjaga akhirnya menyadari bahwa satu lagi pelanggannya kabur.
quickprint (bukan nama sebenarnya) :P |
Aku berpikir atau aku mbatin seperti ini :
“Dulu saat aku pelanggan di quickprint. Dulu saat quickprint
masih menempati bangunan lama yang tak sebesar ini. Ketika aku datang aku
langsung disambut dengan seorang cewek penjaga dengan kata ‘bisa dibantu mas?’.
Tak semenit pun terlewat dengan bengong dan diem-dieman. Aku merindukan
pelayanan seperti itu. Ketika seorang konsumen sangat dihargai. Namun sekarang,
bel pintu yang seharusnya digunakan untuk mengetahui konsumen yang datang tak
berarti apapun. Ruangan luas dengan ac dan desain interior yang menarik seakan
tak menarik untuk membuatku kembali mencetak disana. Apakah mas-mas penjaga itu
sibuk sekali sampai tak ingin menyapa pelanggannya yang baru saja datang? Atau?
Entahlah, aku tidak tahu tapi menurutku. Managemen seperti ini harus diubah. Atau
semua konsumen akan lari. Aku berdoa agar ini segera diperbaiki. You Know, Costumer Is so Precious in Business”