Widget by tips dan trik blogspot

Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

  • Blog Contest with Theme : Aman Semua Lancar
  • My twitter @habibi_kun

Senin, 19 November 2012

Stop Ignoring Me!



Ohaaa…
Jalanan masih menyisakan genangan air hujan kemarin sore. Suasana Surabaya seperti biasanya. Jalan raya tak pernah kenal lenggang. Apalagi saat jam pagi sebelum masuk sekolah, kuliah, atau kerja. Lalu lalang motor, mobil, dan angkutan kota seakan tidak memberiku izin untuk menyeberang. Padahal aku juga keburu, sama seperti mereka yang takut terlambat. Tapi, ya sudahlah. Budaya di kota ini tidak seperti di negara-negara sana. Mereka disana sangat menghormati para pejalan kaki, sedangkan disini, motor bahkan mengambil area zebra cross di lampu merah. Bagaimana aku bisa melintas?
Tempat cetak langgananku tidak bisa mencetak file A3, jadi aku harus mencari tempat cetak lain untuk diagram alir desain pabrikku. Akhirnya aku memutuskan untuk masuk ke tempat cetak sebut saja (quickprint). Saat kubuka pintu terdengar suara bel. Ternyata di atas pintu terpasang sensor suara. Jadi jika ada konsumen yang datang atau pergi bel akan berbunyi secara otomatis. Aku terkesan.
Ruangan ini begitu bagus. Banner promo terpasang memenuhi dinding dengan kombinasi warna putih, abu-abu, dan merah yang rupawan. Sebelah kanan pintu terlihat daftar harga jasa dan produk percetakan. Sebelah kanannya terpajang contoh produk seperti mug, kartu nama, jam dinding, foto wisuda, dan banyak lainnya. Ruangan ber-AC dengan banyak sekali kertas dan alat cetak. Aku terkesan sekali lagi.
Saat aku masuk terlihat beberapa orang mahasiswa sedang menunggu untuk mencetak tugas besarnya. Dua orang cewek duduk mengobrol dibangku merah panjang yang disediakan untuk menunggu. Tiga orang cowok sebelah mereka sibuk dengan hp dan tugas mereka. Lalu ada lagi seorang mahasiswa yang sedang berdiri didepan komputer ‘selfprinting’ untuk layanan cetak mandiri. Aku terkesan lagi. Konsumennya banyak sekali walaupun jam masih menunjukkan pukul enam pagi.
Seorang cowok dengan baju kerja quickprint nampak sedang sibuk dengan pekerjaannya didepan komputer. Dia seolah tidak menyadari aku datang. Apakah dia tidak mendengar bel? Kurasa dia mendengarnya. Kemudian dia melihatku sebentar, kemudian kembali lagi ke urusannya. Aku terdiam membisu masih dalam posisi berdiri mencari kursi. Tapi aku tak ingin duduk dan malah memperhatikan seisi ruangan yang penuh banner promo.
Hampir lima menit sang penjaga quickprint tidak menanggapiku. Akhirnya aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan “Mas, bisa cetak A3?”
“Bisa, maaf mas ngantri.” Jawabnya.
Aku mengangguk tanda setuju. Aku sadar aku konsumen urutan nomor tujuh. Jadi sudah sewajarnya harus mengantri. Akhirnya aku duduk di kursi merah yang disediakan. Beberapa menit kemudian dua orang cowok datang. Kurasa mereka ingin mencetak sesuatu. Bel berbunyi dua kali. Namun, sang penjaga quickprint tidak memperhatikannya sama sekali. Dia masih sibuk mencetak order-an. Kedua cowok yang baru saja datang sama sepertiku tadi, mematung sebentar didepan meja pelayanan dan akhirnya mereka berdua keluar. Bel berbunyi lagi dua kali.
Beberapa saat kemudian, seorang cewek dengan keplek orange khas Teknik Kimia datang. Namanya Nurma kalau tadi aku tidak salah baca. Dia masuk dan membuat bel berbunyi. Sang penjaga tetap pada pekerjaannya dan tidak memperhatikan dia datang. Dia sempat bingung dan bertanya padaku kemudian duduk disamping dua cewek tadi. Mungkin lima menit dia duduk dan memperhatikan sekitar. Sang penjaga masih cuek dengan konsumen yang baru datang itu. Karena kurang sabar atau ada keperluan lain, si cewek meninggalkan ruangan. Bel berbunyi. Sang penjaga akhirnya menyadari bahwa satu lagi pelanggannya kabur.
quickprint (bukan nama sebenarnya) :P
Aku berpikir atau aku mbatin seperti ini :
“Dulu saat aku pelanggan di quickprint. Dulu saat quickprint masih menempati bangunan lama yang tak sebesar ini. Ketika aku datang aku langsung disambut dengan seorang cewek penjaga dengan kata ‘bisa dibantu mas?’. Tak semenit pun terlewat dengan bengong dan diem-dieman. Aku merindukan pelayanan seperti itu. Ketika seorang konsumen sangat dihargai. Namun sekarang, bel pintu yang seharusnya digunakan untuk mengetahui konsumen yang datang tak berarti apapun. Ruangan luas dengan ac dan desain interior yang menarik seakan tak menarik untuk membuatku kembali mencetak disana. Apakah mas-mas penjaga itu sibuk sekali sampai tak ingin menyapa pelanggannya yang baru saja datang? Atau? Entahlah, aku tidak tahu tapi menurutku. Managemen seperti ini harus diubah. Atau semua konsumen akan lari. Aku berdoa agar ini segera diperbaiki. You Know, Costumer Is so Precious in Business
Comments
0 Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Give your outstanding comment here, I will so pleasent :)