Aku
menarik nafas panjang. Aku bernafas sambil menyebut nama Allah. Aku memohon
ampunan-Nya. Aku melihat kedalam diri. Aku tak mengenali isi hati. Aku gelisah
melihat kenyataan. Aku merenung. Aku membisu dalam keramaian. Aku takut. Aku
galau.
Aku
mendengar handphoneku berdering. Aku melihat nomor asing masuk. Aku
mengangkatnya cuek. Aku tak ingin diganggu saat mengerjakan tugas. Aku tak
ingin diganggu saat ini. Aku mendengar suara temanku. Aku mengerti dia sedang
bertanya tentang tugas. Aku menjawab pertanyaannya. Aku tahu dia tidak puas
dengan jawabanku.
Aku terlambat
kuliah. Aku berjalan santai ke kelas yang tidak ada dosen. Aku gugup sendiri
seakan waktu terus mengejarku. Aku ingin cepat-cepat pergi dari kelas. Aku
belum bisa pergi dari kelas. Aku dimintai tolong mengajarkan tugas. Aku mengajari
temanku. Aku meminjamkan laptop ke temanku. Aku menunggu temanku meminjam
catatanku. Aku menunggu temanku yang menitipkan tas nya kepada ku. Aku
mengopikan file e-book ke temanku. Aku meminjami temanku flashdisk. Aku. Aku. Dan
Aku merasa sibuk sendiri.
Aku
duduk sendiri menunggu dosen. Aku juga menunggu temanku. Aku pergi untuk
menghadap dosen dengan temanku. Aku pergi ke dosen lain. Aku menaiki tangga ke
lantai empat. Aku menunggu di mushola lantai empat. Aku meunggu sampai siang.
Aku sholat. Aku berdoa. Aku menemui dosen dengan temanku. Aku menunggu dosen
lain. Aku menunggu temanku lagi. Aku menemui dosen sendiri. Aku melihat teman
yang ku tunggu bermain saat aku menemui dosen.
Aku
terdiam dikeramaian. Aku membuka laptop. Aku menulis. Aku merenung. Aku hari
ini buruk. Aku tidak karuan. Aku sadar aku salah. Aku sadari itu ditengah
keramaian dan kegalauan yang membuncah. Aku mulai menulis. Aku tersadar.
Aku
diberikan oleh Allah kesempatan untuk belajar kesabaran. Aku harus bersabar
mengajari temanku. Aku harus bersabar dan mendengarkan pertanyaan temanku. Aku
harus bersabar menolong, menunggu, dan meminjami temanku. Aku harus
mendengarkan dosenku. Aku harus bersabar ketika menunggu temanku. Aku harus
bersabar, mengerti, dan memaafkan. Aku tahu begitu sulit untuk bersabar,
mendengarkan, dan care. Aku istighfar.
NB : there are many reason why Allah gives us
only one mouth and two ears. Because we have to hear more than to speak more.