Widget by tips dan trik blogspot

Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

  • Blog Contest with Theme : Aman Semua Lancar
  • My twitter @habibi_kun

Rabu, 24 Oktober 2012

Asistensi Kimia Organik


Aku dan Herlina menuju ruang E-301. Ruang laboratorium kimia organik (tapi jadi laboratorium kimia analisa kalau semester genap). Aku buka pintu laboratorium lalu mengucapkan permisi dengan senyum terindah kepada bapak laboran disana. Bapak laboran mempersilahkanku masuk seperti biasa, lalu bilang “habisin aja Bi!”. Bagai oase di gurun sahara. Bagai kolak kacang ijo di lab. KO. Nyammy~.

Untuk hari ini saja, tujuan utamaku bukan dan bukan kacang ijo. Aku datang untuk melihat Herlina tes awal dengan praktikannya. Meski beberapa kali aku sudah ikut Herlina asistensi, tapi kali ini lain. Bagaimana tidak, inilah saat yang nggak boleh dilewatkan. Mengasisteni praktikan luar biasa. Sepertinya jarang tipikal praktikan seperti ini. Dia terkenal seantero mahasiswa tingkat empat.

Sampai waktu yang dijanjikan, praktikan belum datang dengan alasan kelas KO. Aku sabar menunggu sambil makan snack kacang garing agar tidak garing di lab. Sesekali aku bercanda dengan para asisten.

Contoh Kejadian
Seorang praktikan bernama Udin muncul di depan pintu ruang asisten. Kemudian bertanya “mb. Ima atau mb. Irma nya ada?”. Jleb moment itu benar ketika praktikan tidak hafal nama asisten aslinya, Ira.
Arifuddin yang kebetulan disana bertanya ulang “mau cari siapa Dek?”
Udin bertanya lagi “mb. Irma nya ada?”.
Arifuddin menjawab “Oh, lagi diluar” (diluar mana? Aku cekikian dalam hati. Sementara wajah Ira kusut karena dia lupa namanya).
Beberapa menit kemudian dia balik bertanya “mas Yanuar ada?”
“Yanuar siapa?” Jawab Arifuddin (terang saja, asisten KO bernama Yanuar ada dua woyy).
Udin bingung terus pergi untuk kembali bertanya “oh, mb. Ira nya ada?”
-_-

Contoh Kejadian Lain
Arifuddin muncul di depan pintu ruang asisten. Kemudian dengan usil ku tanya “cari siapa Dek?”
“Cari habibah ada?” jawab nya.
“Pergi….” Ku jawab begitu.
“Pergi kemana?” timpal Ariffudin.
“Kamu yang pergi!” Kataku ngusir.
Kemudian suasana hening. Bisa kutebak, Arifuddin mbatin.

Kejadian Tes Awal
Akhirnya praktikan yang ditunggu datang. Kalau tidak salah ingat dari kursi paling kiri ke kanan masing-masing punya inisial nama Dimas-Nicholas-Robby-Prasetyo. Herlina mulai meluncurkan teka-teki seputar percobaan ekstraksi minyak. Mulai dari tujuan percobaan, prosedur, dasar teori, prinsip kerja alat, dan sebagainya.

Saat itu Herlina menentukan bahan apa yang digunakan untuk ekstraksi. Robby mengusulkan kayu putih. Herlina menolak karena untuk mencari kayu putih susah. Jadi dia putuskan untuk memakai ekstraksi minyak dari bunga melati. Spontan Robby menjawab “Kadar minyak nya 0.01” dengan nada menggurui, Semoga mata dan telingaku masih normal.

Junaidi, asisten KO juga yang disana menimpali “tahu dari mana?”

“Ada di buku” Jawabnya dengan nada dan mimik yang sama. Yang membuat aku atau mungkin semua yang disana merasa dia bilang ‘wow lo gak tau?’

“buku apa?” jawab Junaidi.

Dia menoleh ke teman disebelahnya sambil menunjuk pulpen kearah Prasetyo dengan mimik yang masih sama. Lantas Prasetyo menjawab “Buku Ernest”.

“buku nya dibawa?” tanya Junaidi.

“Saya tadi kuliah mulai jam tujuh, jadi tidak sempat meminjam di perpustakaan.” Jawabnya lagi dengan mimik yang menyamai partner nya. Aku mulai merasa dia juga ingin bilang ‘wow, lo gak tau?’.
--*--
Teka-teki dari Herlina dimulai lagi dengan pertanyaan macam-macam destilasi. Ada perdebatan lain antara praktikan dan asisten seperti diatas. Suasana mulai menegang. Jadi aku pindah ke bilik ruangan sebelah untuk ngobrol dengan bapak laboran (takut-takut kalau aku ikut debat juga. Terus aku gak sabar. Terus aku ngelempar praktikan dari lantai tiga. Maaf, *alay sesaat). Lalu sampai pada pertanyaan mengapa ekstraksi menggunakan soklet.

Pertanyaan yang mudah menjadi susah. Yang susah menjadi kelihatan lebih mudah. Beberapa kali ditanya hal yang mudah malah kembali dengan jawaban yang tidak diinginkan seperti panas latent, koefisien perpindahan panas U, dan lain-lain. Aku tahu dia memiliki pengetahuan lebih. Namun orang lain tidak butuh pengetahuan dengan nada dan mimik yang menjengahkan. Mimik yang masih kuingat jelas. Mimik yang jika diibaratkan dengan satu kalimat menjadi ‘Wow, lo gak tau?’.

Aku kemudian berpikir bahwa memberikan pengetahuan yang kita miliki tanpa ilmu komunikasi yang baik is a big nothing! (Ilmu komunikasi yang penting adalah nada bicara, mimik wajah, gesture tubuh). Coba bayangkan jika kamu memberikan pengetahuan kepada orang lain dengan nada menggurui, mimik sok tau, dan gesture tubuh menganggap remeh? Orang lain tidak akan memberikan pujian, tapi sepatunya melayang ke arahmu.

Baiklah, kawan, hari ini anggap saja kita belajar dan melihat kembali kedalam diri kita. Bagaimana cara bicara kita dengan orang lain. Apakah mimik kita tidak menyakiti orang lain. Apakah gesture tubuh kita mencerminkan bahwa kita care terhadap orang. Mari evaluasi diri!

NB : Terimakasih kepada seluruh pihak dalam kejadian diatas. Semoga sukses di masa depan!
Comments
5 Comments

5 komentar:

Aris mengatakan...

belajar memahami orang lain.

sesshomeme mengatakan...

ternyata bukan aku aja yg merasa aneh,,,

Wildan Habibi mengatakan...

@Aris : bener Ris

@Sesshomeme : aneh gimana? ini sapa? hehe..

Tsukiyama Arishima mengatakan...

yah.. ini adalah efek dari sikapnya yang ga mudah berteman dengan orang baru. uneasy going..

Astuti Lisa Wardany mengatakan...

ooohh ini to yg bikin rame kmrn.

Posting Komentar

Give your outstanding comment here, I will so pleasent :)