Widget by tips dan trik blogspot

Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Blogger Template Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

  • Blog Contest with Theme : Aman Semua Lancar
  • My twitter @habibi_kun

Selasa, 17 April 2012

Sabun dan Seseorang yang Terbuka


Ruang O-103, 17th April 2012

Sabun - Sabun merupakan barang yang sangat sering kita pegang setiap hari. Memiliki bentuk batang atau cair. Hari initopik pembicaraan kami adalah sabun. Apa yang aneh tentang sabun? Let’s check it out!

Hari ini aku menanyakan kepada siapa saja dikelas sabun apa yang meraka pakai. Sebenarnya ini bukan untuk sesuatu yang bearti, namun ada sesuatu yang ingin ku buktikan. Saat itu aku bertanya kapada beberapa orang yang ada dikelas Teknik Reaksi Kimia A. aku mendapatkan jawaban yang bermacam-macam dari anak-anak.

Ada yang memakai sabun cari maupun batang dengan berbagai merk. Det*l, lifeb*y, l*x, bi*re, citr*, shinz*i, cuss*ns, zwits*l, dan masih banyak yang lainnya. Alasan pertama adalah aku ingin mengatahui apakah karakter seseorang itu mempengaruhi sabun yang dia pakai. Kedua aku ingin survey sabun dari beberapa orang sebagai referensi. Ketiga dan merupakan alas an inti kenapa survey dilakukan adalah karena kelas TRK II sedang kosong.

Sekarang, kesimpulan yang ku dapat dari hasil survey adalah. Karakter tidak mempengaruhi sabun apa yang mereka pakai. Kedua, beberapa orang yang ingin ku ketahui sabun apa yang ia pakai sudah bisa ku tebak sesuai dengan prediksiku sebelumnya. Jadi aku tidak kaget apabila dia memakai sabun merk itu.

Namun yang paling berharga dalam survey tersebut adalah ‘pertanyaan tentang sabun itu merupakan pertanyaan yang sensitif untuk dijawab. Karena itu merupakan privasi pribadi masing-masing. Menanyakannya pun membutuhkan sesuatu yang disebut keberanian dan orang yang ditanya harus memiliki keterbukaan terhadap yang menanyakan. Dan luar biasa sekali bahwa teman-temanku, kawan-kawanku dapat terbuka kepadaku. Dan aku juga harus terbuka kepada mereka. Namun satu hal yang harus ku kurangi, yaitu melakukan hal-hal yang maiag yang bisa membuat mereka jengkel kepadaku diluar batas bercanda dengan wajar. Maaf ya kawan-kawan jika selama aku bergurau dan bercanda ada yang menyakiti hati semuanya’.

Berbeda sekali dengan kehidupan kelam zaman sma ku. Yang tak akan pernah ku lupakan bagaimana perjuangan untuk perubahan diriku untuk masalah ‘keterbukaan’ dimulai. Terimakasih untuk K-49. It’s a valuable to me.

Kedewasaan Itu?

Wartikno, 15th April 2012

Akhir pekan ini buku yang ku baca berjudul ‘Born to be a Genius’. Buku ini berisi tentang bagaimana kemampuan otak dan juga kepribadian mempengaruhi kesuksesan orang. Selesai membaca beberapa bab buku itu, aku pergi ke kampus Teknik Kimia untuk mencari referensi desain poster. Di Plasa Teknik Kimia aku bertemu beberapa kawanku Ahmad, Swin, dan Ekaoru.

Dari diskusi tersebut, kami membahas tentang karakter diri manusia yaitu melankolis, sanguinis, plegmatis, dan koleris. Kami mengidentifikasi diri masing-masing. Ahmad termasuk dalam melankolis. Swin dan Ekaoru termasuk dalam plegmatis. Sementara aku ini antara melankolis, koleris, sanguinis, dan plegmatis hamir seimbang.

Kemudian ketika tes kemampuan hemisfer otak menurut buku tersebut. Hasil tes bahwa Swin cenderung menggunakan hemisfer otak kanan. Ekaoru cenderung ke otak kiri. Sedangkan aku antara otak kiri dan kanan hampir seimbang.

Malam harinya ketika aku pulang diantarkan Ahmad. Kami sempat berdebat. Saat itu aku menyatakan bahwa dia itu sangat melankolis dan itu kurang bagus. Dahulu aku juga seperti itu, melankolis dan tidak bisa bersahabat dengan baik. Aku merasa semua yang ku lakukan harus sesuai dengan yang kuharapkan sesuai dengan ekspektasi ku. Tapi karena dunia ini tidak seideal itu, maka aku beralih mencari bagaimana aku harus hidup.

Permasalahannya disini bukan pada karakter apa dirimu. Namun bagaimana dirimu memilih karakter yang tepat untuk hidupmu. Ketika itu aku berkata kepada Ahmad bahwa aku ini bisa melankolis, sanguinis,koleris dan plegmatis.

Kemudian jawaban yang ku dengar adalah “Itu namanya tidak berpendirian”.

Semalaman ku memikirkan hal itu. Apa aku memang tidak memiliki pendirian? Jawabannya adalah koreksiku berikut ini :

“ketika aku melihat diriku, memang benar hasil tes itu bahwa aku termasuk melankolis, sanguinis, koleris dan plegmatis. Namun, itu bukan tidak berpendirian tetapi itu namanya aku dapat menyesuaikan. Ketika berhadapan dengan melankolis aku bisa, sanguinis bisa, dst. Dari kacamata ku lihat diriku memang orang yang belum mempunyai jati diri yang sebenarnya dan aku masih mencarinya. Kebenaran pribadi, pandangan hidup, dan pegangan yang menyangkut nilai-nilai yang terprogram dalam diriku masih ku gali. Makanya aku masih sering mengamati orang-orang disekitarku untuk meniru bagaimana mereka merespon sebuah kejadian. Aku pun sangat bersyukur karena aku diberi kemampuan meniru yang bagus oleh Allah’.

Yang bisa menjadi pelajaran dalam tulisan ini adalah mencari pendirian, karakter, dan kepribadian tergantung pada respon kita terhadap masalah dan kehidupan di masyarakat dan bagaimana kita memetikpelajaran itu dari interaksi dengan orang lain yang memiliki berbagai macam tipe kepribadian. Hal ini termasuk juga ajaran Agama Islam yang seharusnya diterapkan dalam kehidupan. Itulah ‘Kedewasaan’ menurutku!

Kamis, 12 April 2012

Jabatan Tangan yang Mengagumkan


Gedung TBP lt. 1 (15.40)
Kamis, 12 April 2012

Setiap kali bertatap muka, aku menjabat tangan orang tersebut. Hari ini merupakan pengalaman luar biasaku selama berjabat tangan. Berjabat tangan atau bahasa umumnya salaman yang ku lakukan dengan seorang junior ku di Teknik Kimia angkatan 2011 memberikan kesan tersendiri.

Berbeda dan sangat mengagumkan. Waktu itu, setelah menunaikan sholat dhuhur di mushola lantai 4 Teknik Kimia. Aku mengambil sepasang sepatuku kemudian duduk dibangku dan memakainya. Dating dari lorong Laboratorium Mixing, dua orang anak 2011. Pertama adalah mente ku Ahmet dan yang kedua adalah Hasan. Ku salami mereka seperti biasanya.

Rasa aneh itu muncul ketika bersalaman dengan Hasan. Tangannya menggengamku erat. Seketika itu ku bertanya dia “San, kenapa saat berjabat tangan kuat sekali?”

Dia menjawab dengan teguh “biar semangatnya tersalurkan mas!”.

Subhanallah. Aku speechless dan menyadari bahwa ada yang berubah dalam diri ini. Aku serasa kehilangan semangat seperti yang dikatakan Hasan. Aku terlalu terlarut dalam kehidupan dunia ini. Mungkin hari ini aku bisa menulis tentang hal terbaik yang kulakukan hari ini adalah ‘mengerjakan quiz sintesa dan simulasi proses dengan maksimal dan menjadi orang yang pertama mengumpulkannya’.

Namun aku tidak akan menulis itu. Menurutku moment hari ini yang paling baik bagiku adalah ‘ketika aku berjabat tangan dengan orang yang menggenggam tanganku erat karena ingin menyalurkan semangatnya’. Betapa mulia bukan hal itu. Jadi untuk saat ini, aku tidak boleh lemah dan harus tetap melakukan yang terbaik. Dan yang penting semangat!

NB : Never Stop Learning!