|
Shofi, siswa kelas III SD/MI (status : adik perempuan gue) |
Kalau Raditya Dika buat
naskah untuk malam minggu Miko. Aku kali ini akan menceritakan Kamis siang
Shofi, adik perempuanku. Hari ini Shofi dapat PR (pekerjaan rumah) matematika
dari sekolah. Di ruang keluarga dia sendirian nulis sambil manggut-manggut.
Jarak pandangnya dengan buku tidak sampai 30 cm. Padahal harusnya lebih dari
itu agar tidak merusak mata. Rambutnya terurai ke bawah menutupi sebagian
matanya. Shofi? Kamu belajar apa tidur?
Saat kusapa ia malah
balik bertanya apakah pekerjaannya benar atau salah? Bertanya tentang pelajaran
anak SD kelas tiga. Ini tentang konversi. Dibukunya tercetak dalam anak tangga
yang semakin kebawah dengan tulisan km, hm, dam, m, dm, cm, dan mm. Dihalaman
berikutnya tercetak 15 soal penjumlahan. Salah satu contoh soal nomor 10 adalah
13 m + 15 dm = ….. dm.
Kulihat 9 soal sudah
dikerjakan dengan perfect. Namun, pada soal kesepuluh itu dia mengalami
kesulitan. Ia bingung berapa 13 m sama dengan berapa dm? Ia melihat anak tangga
itu, lalu mendapati kalau dari m ke dm turun satu anak tangga, jadi dikali 10.
Nah, ia lalu bingung 13x10 itu berapa?
Ia menulis 10 kali
angka 13 kemudian menjumlahkannya. Aku yang melihatnya langsung bertanya “Fi,
kamu belum bisa perkalian kah?”
Shofi hanya nyengir.
Aku akhirnya mengetes dengan memberikan soal perkalian 12x12, 13x13, dan 16x16.
Dan fixed, shofi belum mahir dalam perkalian. Saat menghitung 16x16,
shofi belum bisa menjawab 6x6 sama dengan berapa? Dari sini aku sadari adikku
ini kurang mahir dalam mencongak angka. Sebabnya karena kurang berlatih.
Beberapa pertanyaan
kecil aku lepaskan untuk memancing pemikiran Shofi. Mulai dari satu kali satu,
dua kali satu, dan seterusnya. Namun tetap kesimpulannya shofi belum mahir
mencongak angka. Saat kutanya 2x7 dia menjawab sambil nyengir “16, eh 15, eh 14”.
Kemudian kami berlalu dengan tawa lepas karena kepolosan adikku yang satu ini.
Setelah setengah jam
berlalu, 15 soal sudah terselesaikan. Sekarang waktunya untuk quick quiz
untuk Shofi. Aku bertanya “satu abad berapa tahun?”
“100” jawab shofi cepat.
“Pintar, satu tahun
berapa bulan?”
“Januari, Februari,
Maret, ….. 12?” jawab shofi nyengir.
“Satu bulan berapa
hari?”
“31”
“Bener?”
“Iya” sambil nunjuk
buku.
“Ok, tapi biasanya
dihitung rata-rata 30 hari Fi”
“Satu minggu berapa
hari?”
“tujuh!”
“Sip. Satu hari berapa
jam?”
“60, eh 24!”
“Benar! Satu jam
berapa menit?”
“60 menit”
“Bagus, satu menit
berapa detik?”
“60”
“60 detik berapa menit?”
Tik, tok, tik, tok.
Shofi belum mahir kalau pertanyaannya dibalik. Haha. Adikku harus rajin belajar
mencongak agar pandai. Mumpung masih kelas tiga. ^_^