Edisi Januari adalah liburan. Selama liburan ini saya banyak menghabiskan waktu dengan keluarga dirumah. Oleh karena itu, saya akan menulis tentang anggota keluargaku. Kita mulai dengan kedua orang nenekku.
Puji syukur kepada Allah SWT yang masih memberikan waktu untukku sampai saat ini masih diizinkan bertemu dengan kedua orang nenekku. Nenek dari ibuku bernama Taslimah. Kami para cucu biasanya memanggil beliau dengan Mak Tas. Itu panggilan kesayangan kami. Umur beliau kira-kira 60 tahun lebih. Kurang tahu tepatnya, yang jelas Mak Tas ini sudah lahir sebelum Indonesia merdeka dari penjajahan. Berarti kalau dihitung dari 1945, umur beliau lebih dari 66 tahun.
Puji syukur kepada Allah SWT yang masih memberikan waktu untukku sampai saat ini masih diizinkan bertemu dengan kedua orang nenekku. Nenek dari ibuku bernama Taslimah. Kami para cucu biasanya memanggil beliau dengan Mak Tas. Itu panggilan kesayangan kami. Umur beliau kira-kira 60 tahun lebih. Kurang tahu tepatnya, yang jelas Mak Tas ini sudah lahir sebelum Indonesia merdeka dari penjajahan. Berarti kalau dihitung dari 1945, umur beliau lebih dari 66 tahun.
Kebanyakan para lansia usia lanjut mulai kehilangan kemampuan mengingat dan menurunnya kepekaan indra penglihatan, pendengaran, dan penciumannya. Namun, maha besar Sang Khaliq yang sangat sayang kepada nenek hamba sehingga beliau terlepas dari masalah para lansia pada umumnya.
Mak Tas masih kuat untuk berjalan. Badan beliau tegap. Ingatan beliau masih tajam. Penglihatan, pendengaran, dan penciuman beliau juga masih normal. Bisa disebut ‘tong seng’ walaupun uban sudah memenuhi kepala beliau. Mak Tas sosok yang sangat baik pada anak dan cucu. Beliau sangat menyayangi kami. Kami pun sungguh menyayangi beliau.
Apakah kalian tahu rahasia kekuatan Mak Tas ku? Sebenarnya masa tua itu ditentukan oleh masa muda. Kesehatan dimasa tua beliau karena dahulu saat masih muda Mak Tas adalah orang yang kalau bahasa kami ‘akas’. Akas itu giat menyelesaikan semua pekerjaan. Bahkan sampai sekarang pun Mak Tas masih akas. Beliau masih mengerjakan banyak pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci baju dan piring, beres-beres rumah dan banyak lainnya. Tak ada waktu sedikit pun yang beliau lalui dengan percuma. Ke-akas-an itulah yang membuat beliau masih kuat sampai diusianya yang sudah setengah abad lebih. Apakah aku akas? Apakah kamu akas?
Nenek dari Bapakku bernama Mona. Kami biasanya memanggil beliau Makdhe Na. Itu panggilan kesayangan kami. Makdhe Na juga berkepribadian akas. Latar belakang beliau adalah hidup di gubuk kecil di tambak kami yang merupakan rumah tinggal Bapakku dulu. Disana beliau melakukan pekerjaan-pekerjaan para petani pada umumnya seperti menanam sayur, menyiangi rumput liar, dan pekerjaan rumah lainnya.
Walaupun tubuhnya yang semakin letih termakan usia, namun beliau masih sehat walafiat sampai saat tulisan ini dimuat. Hanya saja penglihatan dan pendengaran beliau sudah sedikit termakan zaman. Yang sangat saya sukai adalah kegigihan beliau. Saat muda dulu, beliau setiap hari harus menjual hasil bumi kami ke pasar dengan jalan kaki. Antara bumi pertanian kami sampai ke kampung jaraknya tidak kurang dari 2 km. Sedangkan dari kampung ke pasar 3 km. Berarti beliau setiap hari menempuh 10 km untuk pulang pergi ke pasar. Tidak seperti sekarang. Zaman sudah menelurkan sepeda motor yang dapat menempuh jarak 10 km dalam hitungan menit saja.
Oleh karena itu, ketika aku mulai malas. Aku ingat mak Tas maka aku akan terpacu untuk akas. Dan ketika aku mulai merasa letih berangkat ke kampus jalan kaki setiap hari. Maka aku ingat Makdhe Na agar aku terus menitih langkah mencari ilmu. Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada beliau berdua agar dimasa yang sudah tak muda lagi beliau dapat melihat betapa sukses anak dan cucu mereka.
----love your grandma----