Aku tenggelam dalam luasnya makna kata cinta
yang ditulis oleh si kerdil. Ia menulis ‘I love you’ dengan tinta merah menyala
dengan senyumnya yang khas. Setiap malam ia memandangiku kemudian menambahkan
satu gambar hati yang ia letakkan dekat dengan tulisan cintanya. Sebelas hari,
sebelas hati tergambar padaku.
Badanku terlipat-lipat. Si kerdil memasukkanku
kedalam amplop cantik dengan tempelan kelopak mawar merah diujung surat. Ia
menyemprotkan parfume kearahku. Ia tertawa sambil menuliskan alamat
seorang gadis. Ia tempelkan perangko hari valentine.
Lelaki paruh baya berbaju orange menyerahkan
surat itu kepada seorang gadis. Lipatanku terbuka. Aku ingin sekali tahu
reaksinya ketika membacaku. Namun, dengan kerut di dahi, ia melipatku lagi,
melemparku ke tempat sampah.
Si kerdil mengambilku yang lusuh dan basah. Aku
hancur sampai ke serat-serat kerapuhanku. Begitupun si kerdil. Ia membawaku
pulang, menulis sesuatu diujung uratku yang masih kering. Suatu kata yang aku
sendiri tidak ingin membacanya. ‘Goodbye’ . Ia lantas melompat dari jendela
lantai 3.
Written in the class, training for CAKAR PKT!